STMIK PRINGSEWU - Sabtu (28/4), Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Pringsewuatihan sarasehan kebangsaan dengan tema “Dalam Rangka Membendung Arus Radikal dan Terorisme di Wilayah Hukum Polda Lampung” bertempat di Aula Lt. II Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Pringsewu.
Sarasehan Kebangsaan dengan tema “Dalam Rangka Membendung Arus Radikal dan Terorisme di Wilayah Hukum Polda Lampung” menampilkan narasumber Kombes Pol Yosi Hariyoso (Kepala Biro Operasi Polda Lampung), Ken Setiawan (Mantan Komandan Negara Islam Indonesia) dihadiri Kepala Kesbangpol Pringsewu Sukarman, Wakil Ketua I Bidang Akademik Elisabet Y. A, MTI, Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan Nur Aminudin, MTI, Ka. LPPM M. Muslihudin, MTI, Kaprodi Sistem Informasi Tri Susilowati, MTI, Kaprodi Manajemen Informatika Oktafianto, MTI dan bapak kauk STMIK Pringsewu.
Sarasehan Kebangsaan menggunakan Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan STMIK Pringsewu, Nur Aminudin mengatakan, tujuan dari dilaksanakan Sarasehan Kebangsaan ini untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap pentingnya negara kesatuan republik indonesia.Saling mungkin mahasiswa memiliki Interpretasi yang tepat terhadap nilai-nilai Pancasila, untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa adalah roh negara, kekuatan yang kuat, bersatu padu yang memiliki jati diri yang kuat pasti mampu membangun bangsanya menjadi bangsa yang adil makmur sejahtera.Untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, kita harus terus memupuk modal sosial agar terus tumbuh di masyarakat, rasa saling memiliki di antara sesama anak bangsa akan menumbuhkan sinergi dan harmoni.
Kapolsek Pringsewu Kompol Andik Purnomo Sigit representasi Kombes Pol Yosi Hariyoso Memberikan beberapa hal dengan 4 pilar kebangsaan; Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika.
Kompol Andik Purnomo Sigit mengatakan, persatuan dan kesatuan yang sudah masyarakat Kabupaten Pringsewu jalin selama ini harus ditingkatkan lagi. Gelar ini harus melalui peran dan semua Elemen masyarakat Kabupaten Pringsewu, Lampung, ya termasuk mahasiswa STMIK Pringsewu sendiri.
Melalui kegiatan-kegiatan seperti inilah yang bisa dilakukan rasa persatuan dan persatuan, semua itu bisa dapat diwujudkan jika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pada emperan pilar kebangsaan dan khusus Pancasila sebagai pemersatu bangsa. Seluruh elemen masyarakat, mahasiswa STMIK Pringsewu Diperkirakan dapat melakukan hal yang sama dengan tetap kerukunan beragama.
Kompol Andik Purnomo Sigit meminta masyarakat untuk mewaspadai gerakan radikalisme dan terorisme. Pasalnya, hal tersebut sangat mungkin ditumpangi aset yang muda akan memecah belah persatuan.Untuk itu, salah satu langkah yang dapat dilakukan dalam merajut nilai-nilai kebhinekaan adalah membangun kembali ruang-ruang dan keberagaman sejak dini, ucapnya.
Sementara Mantan pentolan Negara Islam Indonesia (NII) sekaligus pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan hadir di dalam Sarasehan Kebangsaan dengan tema “Dalam Rangka Membendung Arus Radikal dan Terorisme di Wilayah Polda Lampung”.
Kali ini Ken Setiawan membeberkan betapa bahayanya radikalisme atas keutuhan NKRI. Dalam kesempatan itu, Ken juga menyampaikan pengalamannya bahwa radikalisme yang dulu dianut justru bertentangan dengan ajaran Islam yang nyata. Mereka menghalalkan berbagai cara dengan saat ini seperti kondisi perang, termasuk menyebarkam hoax agar masyarakat terprovokasi. ”Banyak sekali pemuda yang terkena paham radikal, menyimpang dari guru Islam. Bicara yang jihad yang mana yang merupakan langkah teroris untuk memusuhi sesama warga Indonesia, ”ucapnya.
Menurutnya, saat ini generasi muda direkrut menjadi anggota kelompok karena orang-orang yang baru di kenal dengan mengucapkan doktrin radikal yang menggunakan hukum Islam. Hal itu karena para pemuda dalam perjalanan pencarian jati diri, keyakinan yang dimiliki oleh mudah goyah. Mereka seperti multilevel marketing, orang yang sudah terekrut mendapat tanggung jawab merekrut orang lain lagi sebab itu dianggap dakwah dan jihad.
Kelompok radikal untuk mengurangi korban dari agama yang dia anut dan ragu-ragu terhadap negara saat ini menyakinkan untuk pindah ke Negara Islam. Mereka menjelaskan tentang jamaah baru bahwa orang yang tidak menganut hukum Islam, dianggap kafir dan halal darahnya atau layak untuk dibunuh.
”Ini yang kemudian menjadi gerakan radikalisme yang arahnya menuju terorisme,” jika radikalisme pemikiran di biarkan, maka 10 tahun kedepan akan sangat merugikan keutuhan dan kedaulatan bangsa, tandasnya.
Menurut Ken Setiawan, Intoleransi merupakan pintu awal dan satu paket dengan radikal dan terorisme. Mereka itu hanya menyebutkan diri dan kelompok yang benar, yang lain, diri dan kelompok yang bisa masuk ke dalam kamar.
Mantan pentolan Negara Islam Indonesia (NII) sekaligus pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan memberikan tips antisipasi; Pelajari Islam dengan paripurna kepada ahlinya, Kenali modus perekrutan kelompok radikal dan gerakan radikal lainnya, Tolak dengan tegas ketika mulai diajak yang bersembunyi-sembunyi, Berdialog kepada orang lain ketika menggunakan materi Islam yang tidak dimengerti, Kritis dalam konteks agar tidak mudah tersugesti yang merupakan pintu awal perekrutan. ( * na )